Nakes di Manggarai! Tantangan Tenaga Kesehatan Honorer di Manggarai: Isu Pemecatan Sepihak dan Keterlambatan Gaji

Nakes di Manggarai – Masalah ketenagakerjaan di sektor kesehatan, khususnya di daerah-daerah terpencil, menjadi salah satu isu krusial di Indonesia. Di tengah upaya peningkatan layanan kesehatan, tenaga kesehatan (nakes) honorer sering kali menghadapi berbagai tantangan, mulai dari ketidakpastian status kerja hingga upah yang jauh dari layak. Baru-baru ini, peristiwa di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, menjadi sorotan publik. Sebanyak 249 nakes dipecat secara sepihak setelah menyampaikan aspirasi mereka kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Artikel ini akan menguraikan kejadian tersebut serta bagaimana kondisi nakes di Manggarai mencerminkan tantangan yang lebih besar dalam manajemen tenaga kesehatan di Indonesia.

Kronologi Pemecatan Nakes di Manggarai

Nakes di Manggarai - Kronologi Pemecatan Nakes di Manggarai

Pada 12 Februari 2024, Jacob (bukan nama sebenarnya) bersama sejumlah rekan nakes honorer dari 25 puskesmas di Manggarai mendatangi kantor Bupati. Tujuan mereka sederhana, yaitu meminta kejelasan mengenai kontrak kerja atau Surat Perintah Kerja (SPK) yang tak kunjung diperpanjang. Sejak awal tahun, mereka bekerja tanpa SPK yang sah, tanpa adanya sosialisasi dari pemerintah daerah mengenai nasib mereka ke depan.

Jacob menyampaikan, “Kami meminta kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk segera menerbitkan SPK, karena sampai sekarang belum ada kepastian. Kami juga tidak tahu apakah kami akan tetap bekerja atau tidak.” Aspirasi ini muncul karena banyak nakes yang sudah mengabdi bertahun-tahun tetapi status mereka tetap tidak jelas, terlebih bagi mereka yang telah berusia lebih dari 35 tahun dan tidak memiliki kesempatan lagi untuk mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).

Tidak hanya soal status, mereka juga mengeluhkan gaji yang jauh di bawah upah minimum provinsi, hanya berkisar Rp 400-600 ribu per bulan. Parahnya lagi, gaji sejak Januari 2024 belum dicairkan hingga artikel ini ditulis. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian finansial yang semakin memperberat beban para nakes.

Tuntutan dan Reaksi Pemerintah Daerah

Dalam pertemuan tersebut, selain meminta kejelasan SPK, Jacob dan rekan-rekannya juga menyampaikan dua tuntutan utama lainnya. Pertama, mereka meminta penambahan jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Manggarai, yang saat ini jumlahnya hanya sekitar seribu orang. Jumlah tersebut dinilai tidak mencukupi untuk melayani seluruh penduduk kabupaten. Kedua, mereka berharap agar nakes yang sudah mengabdi minimal lima tahun dan berusia di atas 35 tahun diberikan prioritas untuk diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Namun, permintaan ini tidak mendapat tanggapan memuaskan dari pihak pemerintah daerah. Bahkan, tindakan mereka mendatangi kantor DPRD pada 6 Maret 2024 justru memicu reaksi negatif dari Bupati Manggarai, Herybertus Geradus Laju Nabit. Bupati menilai tindakan para nakes tersebut sebagai bentuk ketidakdisiplinan dan ketidakloyalan. Akibatnya, sebanyak 249 nakes yang terlibat dalam audiensi dengan DPRD diberhentikan secara sepihak.

Bupati juga memerintahkan kepala puskesmas untuk mencatat nama-nama nakes yang terlibat dalam aksi tersebut. “Bupati menganggap kami tidak disiplin dan tidak loyal terhadap pimpinan,” ungkap Jacob. Sayangnya, tindakan pemecatan ini dianggap melanggar prosedur, karena dilakukan tanpa adanya peringatan terlebih dahulu.

Baca Juga: THK 2 Nakes adalah THK II dan Rekrutmen PPPK 2024: Peluang Bagi Tenaga Honorer Kesehatan

Dampak Pemecatan: Nakes Menghadapi Ketidakpastian

Pemecatan sepihak ini menimbulkan masalah besar bagi para nakes yang diberhentikan. Mereka tidak hanya kehilangan pekerjaan, tetapi juga hak-hak mereka, termasuk gaji yang belum dibayarkan sejak Januari. Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Manggarai, Thomas Edison Rihimone, menegaskan bahwa para nakes hanya ingin menuntut hak-haknya yang belum terpenuhi. Thomas juga mengecam pemecatan tersebut sebagai tindakan yang menyalahi aturan.

“Mereka datang dengan baik-baik untuk menyampaikan aspirasi, tetapi tidak ada sikap melanggar hukum yang dilakukan,” kata Thomas. Hingga kini, keterlambatan pembayaran gaji juga masih menjadi masalah, di mana dari 249 nakes yang dipecat, sebagian besar berstatus tenaga pendukung pelayanan kesehatan (TPPK) dengan gaji Rp 400-600 ribu, sementara 15 orang lainnya berstatus tenaga harian lepas (THL) yang digaji sesuai upah minimum provinsi.

Sementara itu, Bupati Herybertus menyatakan bahwa pemecatan tersebut tidak hanya disebabkan oleh ketersediaan anggaran yang terbatas, tetapi juga karena para nakes dianggap tidak loyal. Bupati merasa tersinggung dengan tindakan para nakes yang mendatangi gedung DPRD untuk menyampaikan keluhan mereka.

Nakes di Manggarai: Tantangan dan Realitas

Nakes di Manggarai - Nakes di Manggarai: Tantangan dan Realitas

Kabupaten Manggarai merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan keterbatasan tenaga kesehatan. Jumlah nakes yang hanya sekitar seribu orang untuk melayani ribuan penduduk jelas menjadi kendala besar dalam mewujudkan layanan kesehatan yang optimal. Ditambah lagi, banyak dari mereka yang bekerja sebagai tenaga honorer, dengan status yang tidak jelas dan upah yang jauh di bawah standar.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa isu ketenagakerjaan di sektor kesehatan tidak hanya soal jumlah tenaga, tetapi juga kualitas kehidupan mereka sebagai pekerja. Nakes di Manggarai, dan di banyak daerah lain di Indonesia, sering kali harus menghadapi ketidakpastian kontrak, keterlambatan gaji, dan minimnya perlindungan sosial. Selain itu, kesempatan untuk diangkat menjadi pegawai tetap juga terbatas, terutama bagi mereka yang sudah berusia lebih dari 35 tahun.

Selama bertahun-tahun, nakes di Manggarai telah menjadi tulang punggung dalam memberikan layanan kesehatan, termasuk saat pandemi COVID-19 melanda. Namun, kontribusi besar ini sering kali tidak sebanding dengan penghargaan yang mereka terima dari pemerintah daerah.

Solusi dan Harapan Ke Depan

Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya campur tangan dari pemerintah pusat dalam memastikan alokasi anggaran yang cukup untuk menggaji nakes di daerah-daerah seperti Manggarai. Ketua Ikatan Dokter Indonesia, Adib Chumaidi, menekankan pentingnya peran pemerintah pusat dalam mencegah kejadian serupa terulang di daerah lain. Adib menegaskan bahwa kekurangan anggaran tidak boleh menjadi alasan untuk mengorbankan pelayanan kesehatan masyarakat.

Selain itu, mekanisme pengangkatan nakes honorer menjadi PPPK atau CPNS perlu dipermudah, terutama bagi mereka yang telah mengabdi lebih dari lima tahun. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas tenaga kesehatan di daerah-daerah terpencil dan memastikan keberlanjutan layanan kesehatan bagi masyarakat.

Fakta Menarik Nakes

Berikut beberapa fakta menarik tentang tenaga kesehatan (nakes):

1. Tulang Punggung Layanan Kesehatan

  • Nakes adalah garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Di Indonesia, peran mereka sangat penting, terutama di daerah-daerah terpencil dan sulit dijangkau.

2. Mayoritas Nakes adalah Perempuan

  • Menurut data Kementerian Kesehatan, mayoritas tenaga kesehatan di Indonesia adalah perempuan, terutama di profesi perawat dan bidan. Peran perempuan di sektor kesehatan sangat signifikan dalam upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak.

3. Pengorbanan di Masa Pandemi

  • Saat pandemi COVID-19, nakes di seluruh dunia, termasuk Indonesia, berjuang tanpa lelah melawan penyebaran virus. Mereka bekerja dengan risiko tinggi terpapar, bahkan banyak yang gugur dalam menjalankan tugas.

4. Jumlah Nakes yang Masih Terbatas

  • Indonesia masih kekurangan tenaga kesehatan, khususnya di wilayah terpencil. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan 1 dokter untuk setiap 1.000 penduduk, namun di Indonesia, banyak daerah yang tidak mencapai standar ini.

5. Pendidikan dan Sertifikasi Khusus

  • Nakes harus melalui pendidikan formal dan memperoleh sertifikasi tertentu. Misalnya, seorang perawat harus memiliki ijazah dari pendidikan keperawatan dan lulus uji kompetensi sebelum diizinkan bekerja secara resmi.

6. Tantangan dalam Hal Kesejahteraan

  • Meski peran mereka krusial, banyak nakes, terutama yang berstatus honorer, menghadapi tantangan berupa gaji rendah dan ketidakpastian status pekerjaan. Di beberapa daerah, gaji nakes honorer bisa jauh di bawah upah minimum.

7. Pengaruh Teknologi Kesehatan

  • Dengan perkembangan teknologi, nakes kini semakin terbantu dalam menjalankan tugas. Alat-alat medis yang canggih serta aplikasi digital memudahkan diagnosis, pemantauan pasien, dan pemberian obat.

8. Peran Vital dalam Program Vaksinasi

  • Nakes berperan penting dalam program imunisasi nasional, termasuk vaksinasi COVID-19. Mereka bertanggung jawab memastikan masyarakat menerima vaksin dengan aman dan sesuai prosedur.

9. Profesi yang Menuntut Empati Tinggi

  • Selain keterampilan medis, seorang nakes juga harus memiliki empati dan kemampuan komunikasi yang baik. Mereka tidak hanya merawat fisik pasien, tetapi juga memberikan dukungan psikologis.

10. Keseimbangan Gender di Profesi Dokter

  • Di Indonesia, profesi dokter mengalami keseimbangan gender yang semakin baik. Jumlah dokter laki-laki dan perempuan relatif seimbang, dan keduanya sama-sama berperan dalam pelayanan kesehatan di berbagai bidang spesialisasi.

Tenaga kesehatan tidak hanya menjadi penyembuh bagi masyarakat, tetapi juga inspirasi dengan pengabdian dan dedikasi mereka.

Baca Juga: Data Nakes! Panduan Mendaftar di SISDMK: Cara Mengelola Data Tenaga Kesehatan

Kasus pemecatan sepihak terhadap 249 nakes di Manggarai menunjukkan perlunya perbaikan manajemen tenaga kesehatan di daerah. Para nakes yang telah berjuang untuk memberikan layanan kesehatan yang terbaik harus mendapatkan perlindungan yang layak, baik dari segi status pekerjaan maupun kesejahteraan.

Untuk para tenaga kesehatan yang ingin meniti karier di bidang kesehatan dengan lebih pasti, mempersiapkan diri melalui pendidikan dan pelatihan yang tepat sangatlah penting. Salah satu solusi yang dapat membantu nakes dalam menghadapi tantangan karier adalah melalui aplikasi bimbingan belajar khusus nakes, seperti JadiNAKES. Aplikasi ini menyediakan berbagai materi yang bisa mempersiapkan Anda menghadapi seleksi CPNS dan PPPK di bidang kesehatan, serta memberikan bimbingan dalam pengembangan karier sebagai tenaga kesehatan.

Dengan memanfaatkan teknologi seperti JadiNAKES, Anda bisa lebih siap menghadapi tantangan di dunia kesehatan dan memperjuangkan masa depan yang lebih baik di sektor ini. Jangan ragu untuk mulai merancang masa depan Anda sekarang!

Sumber Informasi:

Ada yang mau disampaikan? Kami sangat menghargai setiap masukan dari kamu. Klik di sini dan beri tahu kami, ya!
https://bit.ly/FeedbackArtikelJadiNakes

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top