By Benyamin 21 Februari 2025

Dalam praktik kedokteran, etika menjadi fondasi utama hubungan antara dokter dan pasien. Namun, pelanggaran etik sering kali terjadi, menimbulkan pertanyaan: bagaimana prinsip etik kedokteran diterapkan, apa saja kasus pelanggarannya, dan bagaimana pembelajaran dari isu tersebut? Artikel ini akan menjawab pertanyaan tersebut dengan pendekatan yang informatif dan berbasis data.
Prinsip Dasar Etik Kedokteran
Etika kedokteran adalah pedoman moral yang mengatur perilaku dokter dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien. Berikut adalah prinsip dasar yang menjadi landasan praktik kedokteran.
Autonomy Pasien
Autonomi pasien menekankan hak pasien untuk membuat keputusan terkait kesehatannya sendiri. Dokter wajib memberikan informasi lengkap dan jelas sehingga pasien dapat memutuskan tanpa paksaan.
Menurut American Medical Association (AMA) , autonomi pasien adalah salah satu prinsip utama dalam etik kedokteran. Namun, pelanggaran sering terjadi ketika dokter tidak memberikan penjelasan yang memadai atau memaksakan keputusan tertentu.
Baca Juga: Menu Buka Puasa Diet Vegetarian Paling Praktis, Wajib Coba!
Beneficence dan Non-Maleficence
Prinsip beneficence mengharuskan dokter bertindak demi kebaikan pasien, sementara non-maleficence melarang tindakan yang membahayakan pasien. Kedua prinsip ini saling melengkapi dalam praktik medis.
Contoh pelanggaran prinsip ini adalah ketika dokter melakukan prosedur medis yang tidak diperlukan hanya untuk keuntungan finansial. Menurut laporan World Health Organization (WHO) , praktik seperti ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi kedokteran.
Kasus-Kasus Pelanggaran Etik Kedokteran
Pelanggaran etik dalam praktik kedokteran dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari malpraktik hingga pelanggaran privasi pasien. Berikut adalah beberapa contoh kasus yang sering terjadi.
Malpraktik Medis
Malpraktik medis adalah salah satu bentuk pelanggaran etik yang paling umum. Ini terjadi ketika dokter gagal memberikan standar perawatan yang memadai, menyebabkan cedera atau bahkan kematian pada pasien.

Sumber: Kaskus Indonesia
Sebuah studi oleh Journal of Medical Ethics menunjukkan bahwa sekitar 10% dari semua klaim medis di dunia berkaitan dengan malpraktik. Hal ini menunjukkan pentingnya pengawasan dan pelatihan berkelanjutan bagi tenaga medis.
Baca Juga: Cara Menghindari Malpraktik dalam Praktik Kedokteran
Pelanggaran Privasi Pasien
Privasi pasien adalah hak fundamental yang dilindungi oleh undang-undang. Pelanggaran privasi, seperti membocorkan informasi medis tanpa izin, dapat merusak reputasi dokter dan institusi kesehatan.
Contoh nyata adalah kasus seorang dokter di Indonesia yang memposting data medis pasien di media sosial. Tindakan ini tidak hanya melanggar etik tetapi juga melanggar UU Perlindungan Data Pribadi (PDP).
Pembelajaran dari Isu Etik dalam Praktik Kedokteran
Isu etik dalam praktik kedokteran memberikan pelajaran penting bagi semua pihak, baik dokter, institusi kesehatan, maupun masyarakat.
Pentingnya Pelatihan Etik Berkelanjutan
Pelatihan etik secara rutin dapat membantu dokter memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etik dengan lebih baik. Institusi kesehatan harus memastikan bahwa semua tenaga medis mengikuti pelatihan ini.

Sumber: E Clinic
Menurut International Journal of Medical Education , pelatihan etik dapat meningkatkan kesadaran dokter terhadap potensi pelanggaran dan cara menghindarinya.
Peran Teknologi dalam Meningkatkan Etika
Teknologi seperti sistem elektronik rekam medis (EMR) dapat membantu melindungi privasi pasien dan mengurangi risiko pelanggaran etik. Namun, penggunaannya harus diimbangi dengan pemahaman etik yang kuat.
Sumber: American Medical Association (AMA), World Health Organization (WHO), Journal of Medical Ethics
Jika Kalian ingin mengetahui lebih lanjut tentang topik ini, silakan baca artikel kami lainnya tentang Etika dalam Profesi Kesehatan .